Ђคll๏ … Dalam ruangan yang serba putih itu duduk seorang bapak usia 70 tahun yang didampingi putrinya. “Kenapa kondisi Bapak saya seperti ini, Dok? Sakit apa beliau.”
Dokter perempuan itu terdiam sejenak, “Bapak terkena penyakit Demensia Alzheimer dan perlu ada pemeriksaan lanjutan untuk lebih memastikan kondisinya ya Bu.” Dalam diam saya bertanya apa sih penyakit ini dan apa perbedaan Alzheimer dan demensia?
Apa Sih Penyakit Demensia Alzheimer Itu?
Bagi dunia medis, istilah Demensia Alzheimer tentu sudah tidak asing lagi. Yaitu penyakit saraf kronis yang biasanya mempengaruhi orang tua yang berusia di atas 65 tahun. Penyakit ini ditandai oleh pengurangan kemampuan berpikir, memori, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab pasti demensia Alzheimer masih belum diketahui, tetapi banyak faktor risiko yang dikenal dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit ini, seperti faktor genetik, usia, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Menurut Alzheimer's Association, penyebab demensia Alzheimer pada umumnya terjadi akibat kerusakan dan hilangnya jaringan otak. Dalam hal ini, hilangnya jaringan otak berarti terjadinya pengurangan neuron di daerah tertentu di otak seperti hippocampus, yang berfungsi dalam proses pembentukan ingatan jangka pendek.
Gejala yang menyertainya mencakup kemampuan daya ingat seseorang yang memburuk, sulit mengingat nama atau wajah dari orang yang baru ditemui. Semakin dalam proses penyakit, semakin sulit pula untuk bisa mengingat, dan lambat laun, orang dengan demensia Alzheimer juga akan kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang paling sederhana seperti mengenali teman dan keluarga atau menggunakan perkakas atau alat yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penyakit Alzheimer, kehilangan memori jangka pendek terjadi lebih awal dan menjalar pada kemampuan mengingat konsep abstrak, kemampuan verbal, dan keterampilan yang biasanya perlu untuk menjalankan kegiatan rutin seperti membuka tutup botol atau mengikat tali sepatu. Ketika kondisi menjadi lebih parah, pasien dapat mengalami kesulitan berbicara, mengatasi gangguan jalan dan bahkan kesulitan dalam mengenal wajah anggota keluarga yang terdekat.
Sekarang, penyakit Alzheimer tidak memiliki obat yang dapat menyembuhkan, dan perawatan terbaik saat ini adalah menggunakan makanan dan nutrisi yang tepat serta meminimalkan faktor risiko lainnya. Penelitian juga terus dilakukan untuk mencari pengobatan yang efektif dalam memperbaiki kondisi pasien, dan juga untuk menemukan cara mencegah atau menunda terjadinya demensia Alzheimer. Semua orang, terutama mereka yang berusia lanjut, dianjurkan untuk menjaga pikiran dan jasmani tetap aktif, mengikuti pola makan sehat, dan menjaga kesehatan fisik dan mental agar tetap optimal.
Baca juga : Mengatasi Pikun Usia Muda
Perbedaan Demensia dan Pikun
Pikun dan demensia sebenarnya hampir sering dikaitkan dan dianggap sebagai istilah yang sama. Meskipun keduanya terkait dengan masalah ingatan, kognitif, serta fungsional, tetapi perbedaan antara keduanya cukup besar.
Demensia adalah penyakit kronis atau degeneratif yang mempengaruhi kemampuan otak untuk berfungsi dengan normal. Penyakit ini dapat mempengaruhi ingatan, kemampuan bicara, kemampuan motorik, serta keterampilan sosial dan emosional. Beberapa jenis demensia yang umum meliputi Alzheimer, Demensia Vaskular, Demensia Lewy Body, dan Frontotemporal Demensia.
Sedangkan pikun atau kehilangan memori terkait usia (age related memory loss) lebih sering ditemukan pada orang tua atau lansia. Meskipun seiring bertambahnya usia, orang bisa mengalami sedikit kesulitan dalam mengingat hal-hal tertentu, tetapi pikun tidak mempengaruhi kemampuan otak secara signifikan seperti pada kasus demensia.
Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara pikun dan demensia, yaitu:
1. Jenis Keluhan
Pikun biasanya berdampak pada ingatan sementara. Dalam kasus ini, seseorang mungkin mengalami kesulitan mengingat nama seseorang, tempat, waktu, atau sesuatu yang baru saja mereka baca atau dengar. Sementara, demensia biasanya mempengaruhi ingatan jangka panjang, yang berarti seseorang mungkin berjuang untuk mengingat acara atau informasi penting yang mereka ketahui jauh sebelum diagnosis mereka.
2. Kemampuan Berpikir dan Berbicara
Pada umumnya, pikun tidak berdampak pada kemampuan berbicara dan berpikir secara signifikan. Namun, pada kasus demensia, kemampuan mengekspresikan diri dan pemikiran dapat memburuk.
3. Fungsi Fisik
Pikun umumnya tidak mempengaruhi kemampuan motorik dan fungsi fisik. Sementara, demensia dapat memengaruhi kemampuan fisik seseorang dengan cepat, pastikan bahwa pasien selalu diawasi dan mendapatkan perawatan yang memadai.
4. Proses Kemunduran Penyakit
Pikun merupakan kondisi yang lambat dan berkembang secara perlahan, sedangkan demensia umumnya berkembang lebih cepat dan pada tahap lanjut dapat mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.
Baca juga : Cara Merawat Tubuh Usia 40 Tahun
Penyebab Penyakit Demensia Alzheimer
Penyakit Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum terjadi pada orang dewasa. Alzheimer adalah pengrusakan sel-sel saraf di otak, sehingga terjadi berkurangnya kemampuan memori, bahasa, penilaian, serta kemampuan berpikir secara logis. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang lanjut usia, namun ada juga kasus dimana orang yang masih muda juga mengalami Alzheimer.
Penyebab penyakit Demensia Alzheimer hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga berperan dalam munculnya penyakit ini, yaitu :
1. Genetik
Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan demensia Alzheimer memiliki risiko yang lebih tinggi menderita penyakit ini. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting dalam pengembangan penyakit ini.
2. Usia
Usia merupakan faktor resiko utama dalam terjadinya demensia Alzheimer. Kondisi ini lebih sering terjadi pada usia diatas 60 tahun, dan risiko semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
3. Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Beberapa faktor kesehatan jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan kadar kolesterol yang tinggi diduga juga mempengaruhi kemunculan demensia Alzheimer. Kondisi ini terjadi karena faktor kesehatan tersebut dapat merusak pembuluh darah di otak yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja otak.
4. Paparan Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang sangat aktif dan bisa merusak sel-sel tubuh, termasuk sel saraf di otak. Paparan radikal bebas dari polusi udara, makanan yang tidak sehat, serta rokok dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia Alzheimer.
5. Kurangnya Aktivitas Otak
Kurangnya aktivitas otak, seperti tidak mempelajari hal-hal baru secara teratur atau membatasi penggunaan otak, dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia Alzheimer.
6. Kerusakan Sel Saraf di Otak
Kerusakan sel saraf di otak atau masalah kinerja sel saraf juga diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya demensia Alzheimer. Terdapat beberapa gangguan neurodegeneratif yang dapat memperburuk kondisi ini, seperti Parkinson dan multiple sclerosis.
Itulah beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya demensia Alzheimer. Meskipun penyebab pasti dari kondisi ini belum diketahui, namun dengan menghindari faktor-faktor diatas bisa membantu mencegah terjadinya demensia Alzheimer pada kita sendiri maupun orang yang kita kasihi.
Bisakah Penyakit Demensia Alzheimer Sembuh
Penyakit Demensia Alzheimer adalah gangguan otak yang biasanya terjadi pada orang yang berusia 65 tahun ke atas. Gangguan ini menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf di otak, sehingga menyebabkan gangguan pada ingatan, pikiran, dan perilaku seseorang.
Meskipun demensia Alzheimer tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi gejala-gejala yang ditimbulkannya dapat dikelola dengan baik dan pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit tersebut. Beberapa pengobatan yang dapat membantu mengatasi gejala demensia Alzheimer adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan Alzheimer adalah inhibitor kolina dan inhibitor asetilkolinesterase. Inhibitor kolina digunakan untuk meningkatkan neurotransmitter, sedangkan inhibitor asetilkolinesterase digunakan untuk menghambat enzim yang memecah acetylcholine.
2. Terapi Obat
Terapi obat dapat membantu mengurangi gejala psikotik yang muncul pada beberapa pasien dengan demensia Alzheimer. Biasanya obat yang diberikan adalah antipsikotik atipikal, antipsikotik tipikal, atau benzodiazepine.
3. Terapi Kognitif dan Behavioral
Terapi kognitif dan behavioral dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir dan ingatan serta membantu memperbaiki hasil tes kognitif yang buruk. Terapi ini juga dapat membantu pasien menghadapi perubahan emosional dan perilaku yang berhubungan dengan demensia Alzheimer.
4. Terapi Fisik
Latihan fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan kekuatan dan kesehatan ingatan pada pasien demensia Alzheimer. Latihan juga dapat membantu meningkatkan keseimbangan dan koordinasi motorik, serta meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan diri.
5. Terapi dengan Memainkan Musik
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa terapi dengan memainkan musik secara berkala dapat membantu meningkatkan ingatan jangka pendek pada pasien demensia Alzheimer.
Penutup
Perbedaan Alzheimer dan Demensia sebenarnya jika ditelaah kembali cukup terlihat dan ahli kesehatan pun memberikan gambaran yang berbeda antara keduanya. Meskipun penyakit Demensia Alzheimer tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi perkembangan penyakit dapat diperlambat dengan melakukan terapi dan pengobatan. Dengan melakukan terapi dan pengobatan yang tepat, pasien dapat hidup dengan nyaman dan lebih baik meskipun harus menanggung beban penyakit Demensia Alzheimer.
Salam sehat
Sumber Referensi :
- Alzheimer’s Association. (2020). What’s the difference between dementia and Alzheimer’s? [online] Available at: https://www.alz.org/alzheimers-dementia/difference-between-dementia-and-alzheimer-s
- Mayo Clinic. (2020). Aging and Memory Loss: What’s Normal, What’s Not. [online] Available at: https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/healthy-aging/in-depth/memory-loss/art-20046518
- World Health Organization. (2020). Dementia. [online] Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia